Selasa, 06 Mei 2008

TUGAS 1 DAN 2 BIMBINGAN KONSELING

A. Buatlah Suatu instrumen wawancara/ daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui :

1. Motif dan Motivasi

Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Apa saja yang yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya.

Juga dalam soal belajar, motifasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolahan seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motifasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.

Benyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semua tidak terduga. (Purwanto, 2002 : 60-61).

Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku supaya dapat mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah difahami kerana kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang guru terpaksa melibatkan proses berbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan matlamatnya. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi).

Setiap ciptaan mempunyai talenta alami yang unik di dalam dirinya. Talenta bawaan itu akan menjadi sempurna secara alami. Artinya, bila seseorang menyadari bahwa kekuatan bawaannya yang dimilikinya misalkan talenta seorang orator (communicator) maka dengan berlatih guna memperoleh skill dan mempelajari teknik-teknik berkomunikasi dan berbicara (knowledge) maka dia akan mampu mencapai penampilan puncak yang sempurna (best performance)nya sebagai orator. Maka sebenarnya dalam pemilihan jurusan bagi anak-anak kita, sebaiknya disesuaikan dengan bakat bawaan (talenta innate) yang mereka miliki. Saat ini test potensi bawaan ini seperti Strengths Finder, MBTI dan DISC Profile telah dapat digunakan untuk memahami potensi bawaan seseorang. Biasanya siswa yang memilih jurusan sesuai dengan potensi bawaannya, seolah telah mempersiapkan karir yang nanti akan memberinya kepuasan dan kebahagiaan. Sebaliknya mereka yang dipaksa mengikuti jurusan yang sebenarnya tidak seusai dengan potensi bawaannya, sering mengalami kesulitan dalam meniti karir, bahkan stress dalam menjalani jurusan tersebut.

3. Pengaruh lingkungan belajar

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :
1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.

4. Keunikan pribadi

Anak berbakat memiliki karakteristik kepribadian yang unik. Umumnya mereka memiliki minat yang kuat terhadap berbagai bidang yang menjadi interestnya. Sangat tertarik terhadap berbagai persoalan moral dan etika. Sangat otonom dalam membuat keputusan dan menentukan tindakan. Sejumlah karakteristik yang unik ini jika tidak dipahami dengan benar oleh para pendidik dan orang tua maka akan menimbulkan persepsi seolah-olah anak berbakat adalah individu yang keras kepala, tidak mau kompromi bahkan ada yang secara ekstrim menilai anak berbakat rendah sikap prososialnya. Mempertimbangkan keunikan karakteristik kepribadian anak berbakat seperti tersebut di atas maka diperlukan cara-cara khusus dalam mengelola atau memfasilitasi kegiatan berlajar anak berbakat. Sikapnya yang otonom dipadu dengan task commitment yang tinggi dan minatnya terhadap banyak aspek kehidupan serta nilai-nilai moral maka wajar jika anak berbakat memiliki perilaku belajar yang berbeda dengan anak umum.
Dalam belajar, anak-anak berbakat memiliki self regulated yang kuat dan positif untuk menunjang keberhasilannya. Mereka mampu menentukan sendiri tujuan belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu diri (self-efficacy ) untuk meraih target yang hendak dicapai, penataan lingkungan untuk menopang pencapaian target, menentukan sendiri bagaimana mendapatkan social support agar dapat sukses, melakukan evaluasi diri dan memonitor kegiatan belajarnya. Hal inilah yang membedakan anak berbakat dengan anak-anak biasa.

B. Jelaskan Teori Belajar seperti di bawah ini:

  1. Teori Belajar Behaviorisme

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. Prinsip-prinsip teori behaviorisme:

- Obyek psikologi adalah tingkah laku

- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek

- mementingkan pembentukan kebiasaan

2. Teori belajar Kognitif atau teori pemrosesan informasi

Psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.

  1. Teori belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :

  1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
  2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
  3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
  4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
  5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
  6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
  1. Teori belajar Alternatif konstruktivisme.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa

Selasa, 2008 April 01

Bimbingan konseling


MENCAPAI KEMATANG DALAM KARIR

Bagi siswa yang mungkin tidak dapat atau tidak akan meneruskan pelajarannya ke perguruan tinggi perlu diberi bimbingan ke arah jabatan yang sesuai dengan bakat,minat dan kecakapannya.
Oleh karena itu dalam rangka bimbingan jabatan tersebut kepada para siswa perlu dikemukakan pertanyaan tentang jabatan atau pekerjaan yang dicita-citakannya. kalau ternyata siswa tersebut ingin mengambil suatu jabatan atau pekerjaan tertentu, maka perlu diketahui data yang ada tentang diri siswa tersebut yang berhubungan dengan syarat-syarat jabatan atau pekerjaan itu. biasanya guru pembimbing atau wali kelas juga telah mengetahui data tentang siswanya.
Tujuan bimbingan jabatan ialah agar para siswa nanti dapat memperoleh jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, pendidikan dan cita-citanya.
tujuan pembimbing dalam hal ini ialah dimana pembimbing harus membantu memberi informasi tentang pekerjaan yang ada dalam masyarakat, orientasi umum tentang jenis-jenis dan syarat-syarat yang diperlukan, disesuaikan dengan data yang ada tentang siswa tersebut. selain pemberian informasi dapat juga dilakukan penempatan dalam jurusan yang sesuai, penempatan dalam kelompok pelajaran mayor dan mminor, pembentukan kelompok belajar dan kelompok kegiatan ekstra kulikuler dan sebagainya.
Selanjutnya para pembimbing perlu memberikan latihan-latihan(training) dan fasilitas kepada para siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah tentang kegiatan yang dapat membantu siswa dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan, kemampuan dan keinginannya atau cita-citanya.
Pemilihan pekerjaan atau jabatan yang sesuai dengan kemampuan dan cita-cita siswa merupakan modal utama dalam mencapai ketenangan kerja dan prestasi kerja yang optimal. itulah sebenarnya tujuan bimbingan jabatan, yaitu agar tercapai orang yang tempat pada tempatnya.

Selasa, 2008 Maret 25

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA

Pada zaman remaja itu merupakan suatu proses dan bukannya satu jangkamasa. Proses yang dimaksudkan di sini ialah proses mencapai atau memperolehi sikap dan kepercayaan yang diperlukan demi penglibatan yang berkesan dalam masyarakat. Zaman remaja ini dilihat sebagai satu zaman yang dimulai dengan akil baligh dan berakhir apabila memasuki alam dewasa. Ia merupakan satu zaman peralihan atau transisi antara zaman kanak-kanak dengan zaman dewasa.

Definisi remaja ini banyak diperkatakan oleh ahli psikologi dan ada di antaranya mendefinisikan remaja sebagai suatu tempoh perkembangan fizikal, satu konsep yang abstrak, satu fenomena sosiobudaya atau berdasarkan sikap remaja terhadap hidup.

Manakala menurut Kamus Dewan ( Edisi Tiga ) remaja merupakan mulai dewasa, sudah akhil baligh, sudah cukup umur untuk berkahwin dan sedang melalui proses inginkan 'cinta'.

Persoalan yang sering dikaitkan dengan pencarian identiti adalah merupakan persoalan utama bagi remaja. Persoalan "Siapakah saya?", "Apakah bidang kerjaya yang sesuai dengan saya?", dan sebagainya yang membawa maksud identiti apa yang membuatkan seseorang itu berbeza dengan orang lain.

Perkembangan Fizikal

Zaman remaja adalah tempoh yang mana seorang individu dikelilingi oleh isu-isu seksual, iaitu keupayaan mengalami ataupun melahirkan perasaan seks. Perubahan kematangan seks dan perubahan hormon yang terlibat adalah asas bagi kematangan seks seorang remaja. Zaman remaja adalah masa mempelajari seks dengan tujuan mencari suatu identiti seks peribadi. Pada peringkat usia ini remaja mempunyai perasaan ingin tahu yang tinggi mengenai misteri alam seks. Pada peringkat ini remaja memikirkan sama ada mereka mempunyai daya tarikan seks, adakah perkembangan mereka berterusan, adakah mereka akan dicintai oleh seseorang dan adakah normal apabila mereka melakukan hubungan seks. Kebanyakan remaja akhirnya menunjukkan perkembangan seksual yang matang tetapi terdapat jangka masa yang mana hadirnya perasaan kekeliruan dan perasaan mudah dilukai sepanjang kehidupan seksual mereka.

Mengikut seorang ahli psikologi Stanley Hall (1904) zaman remaja ialah jangka masa seseorang itu mengalami berbagai cabaran dan tekanan ( storm and stress ). Ini bermaksud remaja yang mengalami perubahan fizikal, intelek serta emosi dan terpaksa berhadapan dengan berbagai konflik di dalam dirinya dan juga masyarakat.

Perkembangan fizikal remaja perlu diketahui bagi membantu memahami tentang sesetengah remaja yang lambat atau cepat dalam pekembangan mereka dan apakah kesan-kesan disebaliknya.

Ketika ini remaja-remaja lelaki dan perempuan secara sedar atau tidak akan mengalami perubahan dari segi bentuk tubuh badan dan emosi. Perubahan-perubahan ini berlaku akibat tindakan hormon dalam bentuk badan. Kadar pembesaran dan perubahan zaman remaja adalah berbeza di antara remaja lelaki dan perempuan. Malah kadar pembesaran adalah berbeza di antara seorang individu dengan individu yang lain.

Kematangan Biologi

Pada awal alam keremajaan, remaja selalunya sibuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan yang berlaku pada tubuhnya. Kesedaran ke atas kejantinaan diri semakin bertambah. Ini sudah pasti memberi kesan kepada imej tubuh serta konsep kendiri. Pada usia beginilah dia terlalu prihatin dengan keadaan tubuhnya. Dia sering membezakan dirinya dengan rakan sebaya yang lain. Remaja yang cepat matang mempunyai beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan yang lambat matang. Mereka terlebih dahulu mengambil tempat dalam masyarakat remaja sementara mereka yang lambat matang perlu bersaing daripada sudut fizikal dan sosial bagi mendapat tempat yang istimewa dalam kelompok remaja.

Tingkah Laku Heteroseksual

Remaja zaman dahulu mempunyai sikap yang berbeza ke atas pelbagai aspek seksual berbanding dengan remaja zaman sekarang, terutamanya remaja perempuan. Sebuah kajian ke atas kelompok pelajar sebuah kolej di Amerika Syarikat di antara tahun 1900 dengan tahun 1980 menunjukkan peratusan orang muda yang melakukan hubungan seks meningkat; dan kadar pelajar perempuan yang melakukan hubungan seks meningkat lebih cepat dibandingkan dengan pelajar lelaki. Remaja perempuan belajar mengaitkan seks dengan cinta. Beberapa buah kajian di Barat menunjukkan bahawa cinta adalah faktor utama ramai remaja perempuan melakukan hubungan seks. Keinginan berkahwin dengan pasangan mereka juga wujud di kalangan pelajar wanita tetapi kurang bagi pelajar lelaki. Faktor-faktor lain adalah seperti desakan teman lelaki, perasaan ingin tahu dan keinginan seks yang tidak berkaitan dengan cinta.

Akil Baligh

Di akhir zaman kanak-kanak, satu siri perubahan biologi dan psikologi akan berlaku yang membawa mereka ke alam remaja. Alam remaja akan membawa mereka ke dalam kematangan sama ada dari segi fizikal, dan pemikiran mereka turut berubah serta turut berperanan dalam masyarakat.

Baligh adalah merupakan perubahan biologi yang menandakan permulaan remaja. Ianya bermula apabila tahap hormon yang memasuki salran darah meningkat ekoran respon kepada isyarat daripada bahagian otak iaitu hipotalamus. Apabila tahap pertumbuhan hormon bertambaha dalam badan, lonjakan pertumbuhan kanak-kanak dengan tiba-tiba akan berlaku. Lonjakan ini merupakan tanda yang nyata tentang permulaan akhil baligh. Apabila ini berlaku perkara yang paling ketara semasa baligh adalah merupakan perkembangan permatangan seksual iaitu kebolehan pembiakan.

Bagi remaja lelaki perubhan yang akan berlaku ialah suara menjadi garau, misai dan janggut mula tumbuh, bahu dan dada menjadi bidang, jerawat mula tumbuh, mengalami mimpi yang menghairahkan sehingga mengeluarkan air mani serta zakar dan buah zakar mula membesar. Pengalaman inilah menunjukkan remaja lelaki telah akil baligh.

Bagi remaja perempuan pula perubahan yang akan dialami seperti buah dada (payudara) mula membesar, bulu tumbuh di celah ketiak dan bahagian ari-ari, Punggung melebar menunjukkan ciri-ciri kewanitaan, jerawat mula tumbuh, mula didatangi haid, suara mungkin berubah dari suara keanak-anakan kepada suara yang lebih matang.

Teori dan Konsep

Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), akil baligh bermula pada usia 15 tahun atau mungkin lebih awal dari yang dianggarkan. Pada masa ini, kanak-kanak melalui peringkat kedua kelahiran, bentuk badan mula berubah dan keinginan muncul dari dalam, "Perubahan angin, kemarahan, perubahan fikiran, membuatkan mereka tidak dapat mengawal". Mula berasa segan atau malu apabila berhadapan dengan kehadiran orang yang berlainan jantina, mereka mula merasai perasaan seksual. Dengan kata lain mereka mula tertarik antara satu sama lain. Remaja juga mengalami perkembangan kognitif. Mereka sudah mampu menghadapi konsep yang lebih abstrak dan mula berminat dalam perkara-perkara yang melbatkan teori dalam pelajaran sains dan moral.

Manakala Sigmund dan Anna Freud, awal remaja adalah peringkat yang paling bermasalah disebabkan perubahan dramatik psikologi yang berlaku pada masa ini. Dorongan seksual dan agresif, yang bukan semasa peringkat latensi, sekarang mengganggu ego dan daya tahannya. Zon genital, khasnya didorong tenaga seksual yang hebat, dan remaja ini sekali lagi dilanda fantasi oedipal. Remaja ini mungkin rasa susah atau tidak selesa apabila berada di kalangan ibu bapanya.

Stanley Hall (1904) berpendapat perkembanagan seseorang individu ditentukan oleh naluri iaitu tenaga-tenaga biologi dan faktor genetik dan bukannya persekitaran. Beliau mengatakan zaman remaja sebagai zaman 'storm and stress' yang bersifat biologikal yang terhasil daripada perubahan-perubahan yang berlaku semasa baligh yang tidak dapat dielakkan. Mencapai akil baligh merupakan satu masa apabila emosi menjadi tidak stabil dan tergugat. Hall percaya bahawa hasil daripada tekanan-tekanan dan perubahan tersebut, remaja akhirnya akan menjadi individu yang matang dan bermoral.

Perkembangan Psikososial

Zaman remaja bukan sahaja suatu jangka masa yang dapat menggugat diri remaja tetapi juga keluarganya. Proses pembesaran dan usaha ke arah kematangan bukanlah suatu perjalanan yang mudah. Dalam usaha menyatupadukan tuntutan biologi dan sosial (yang mungkin bertentangan), kekeliruan boleh terjana dalam kehidupan seorang remaja. Umpamanya dorongan syahwatnya wajib dikekang menurut ajaran agama serta norma-norma sosial.

Perkembangan Identiti

Setiap individu mempunyai identiti.. Akan tetapi bukanlah mudah untuk memberi pengertian yang tepat tentang identity. Ini disebabkan setiap identity seseorang itu amatlah rumit dan ia melibatkan pelbagai kualiti dan dimensi. Selain itu erti identiti juga bergantung atas pengalaman subjektif. Dari situ boleh juga secara rengkasnya identity bererti satu set cirri personaliti yang lebih kurang stabil.

Individuasi merupakan proses di mana remaja mula mempunyai satu identitii yang berbeza antara dengan yang lain. Proses ini melibatkan empat fasa iaitu perbezaan, amalan dan eksperimen, membaharui perhubungan dan konsolidasi.

Fasa perbezaan yang berlaku pada awal remaja, di mana dia akan tahu bahawa wujud perbezaan antaranya dengan ibu bapa dari segi psikologi. Ini akan menjadikan remaja menyoal dan membincang nilai dan nasihat ibu bapa walaupun ianya adalah betul. Mereka tidak akan melakukan perkara yang dicadangkan , ini semakin mendalam apabila remaja itu sedar bahawa ibu bapanya bukanlah begitu sempurna seperti yang dianggapnya semasa kanak-kanak.

Semasa amalan dan eksperimen pula, remaja berpendapat dia tahu segalanya dan tidak akan melakukan kesilapan. Remaja pada masa ini tidak akan menerima nasihat dan mencabar kewibawaan ibu bapa dalam keadaan tertentu. Remaja meningkatkan komitmen terhadap rakan sebaya yang memberinya sokongan dan persetujuan yang dicari-carinya.

Membaharui perhubungan merupakan fasa yang berlaku pada pertengahan zaman remaja apabila dia telah dapat mengasingkan dirinya daripada ibu bapa. Kesedaran yang menimbulkan sediit rasa gundah dan ketakutan akibat pengasingan ini membawanya kembali ke pangkuan ibu bapa dan menerima semula autoriti ibu bapa tetapi dengan syarat. Selalunya remaja akan mencabar dan pada masa yang lain akan bekerjasama dan berdamai. Pada fasa ini, didapati remaja sering cuba sedaya upaya menerima tanggungjawab di rumah tetapi akan merasa marah dan geram apabila ibu bapa berkeras untuk memastikan masa untuk balik ke rumah dan harus diberitahu ke mana remaja itu pergi.

Konsolidasi pula merupakan fasa keempat yang akan berlarutan sehingga akhir remaja. Pada masa ini remaja akan membina identity personaliti dan ini menjadi asas memahami dirinya dan orang lain serta mengekalkan autonomi, kebebasan dan individulitinya. Sebagai contoh remaja pada fasa ini berumur lingkungan 18 dan 19 tahun boleh menentukan kerjayanya dan berusaha terhadap pencapaian cita-citanya dan boleh membayangkan cara bagaimana untuk menyara dirinya pada masa hadapan. Proses individuasi ini berlanjutan masa zaman remaja dan selalunya sehingga dewasa.

Perkembangan Konsep Kendiri

Konsep kendiri merupakan satu aspek yang penting kepada kewujudan dan tingkah laku seseorang individu. Persepsi terhadap kendiri ternyata akan menentukan apa yang seseorang itu alami dan bagaimana ia mengalaminya. Konsep kendir juga membenarkan seseorang individu menghubungkan diri dengan persekitaran dengan cara yang tidak akan menggugat keutuhan peribadi.

Konsep kendiri amat penting kepada remja kerana pelbagai sebab. Oleh kerana mengalami peningkatan kekuatan fizikal dan tahap autonomi semasa ini, remaja mula mempunyai darjah kebebasan yang tertentu. Jika semasa ini remaja mempunyai konsep kendiri yang tidak betul, maka sudah tentulah ia amat membahayakan kepada diri mereka dan orang lain. Mereka mungkin akan menjadi devian, tiada keyakinan diri, tersisih dan sebagainya.

Konsep kendiri remaja juga berkaitan dengan cara remaja itu mempersepsikan dirinya secara fizikal. Ekoran itulah remaja terlalu prihatin dengan bentuk tubuh badannya, fesyen rambut dan baju menjadi symbol diri dan remaja mula gemar merayau-rayau di kompleks membeli-belah.

Cara mengukuhkan konsep kendiri antaranya adalah:-

  • Pengukuhan melalui kesempurnaan kendiri

    Cara ini merupakan kaedah yang paling asas untukkukuhkan konsep kendiri atau dengan kata lain satu proses menjadikan yang terbaik dan diri yang sebenar. Kesempurnaan kendiri menekankan soal perkembangan potensi kendiri yang membina dan bukannya tumpuan pada halangan-halangan hidup atau penyesuaian seperti takut, bimbang, kecewa dan sedih. Kesempurnaan kendiri ini tidak semua remaja dapat mencapainya. Walaubagaimanapun remaja perlu dibimbing untuk berusaha bergerak untuk mencapainya.
  • Pengukuhan melalui identifikasi

    Identifikasi bermaksud kemuncak niali dan tuuan hidup kendiri. Remaja tidak boleh membuat identifikasi dengan orang lain dengan cara keterlaluan kerana dibimbangi mereka tiada identiti kendiri, sukar menyatukan nilai-nilai orang lain dan akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Ini sering berlaku kerana remaja sering membuat identifikasi dengan pelakon kesayangan atau penyanyi pujaan mereka yang sebenarnya tidak dikenali. Hakikatnya, remaja perlu sedar tentang kewujudan diri yang unik. Tidak salah membuat identifikasi dengan orang yang terkenal dengan syarat tidak keterlaluan dan jika orang itu membuat remaja berazam untuk berjaya.
  • Pengukuhan melalui kecemerlangan dan pencapaian

    Salah satu aspek yang dapat menyumbang kepada pengukuhan kendiri remaja ialah kecemerlangan dan pencapaian. Kedua-dua ini merupakan satu desakan untuk bersaing sesama sendiri yang kemudiannya akan menentukan arah kendiri, membuatkan remaja lebih bebas untuk membuat keputusan sendiri, lebih bersedia dengan cabaran dan tuntutan persekitaran dan lebih mempunyai keupayaan daya tindak.
  • Pengukuhan melalui identiti

    Identiti tidak sama dengan konsep kendiri. Identiti merujuk kepada perasaan yang seseorang itu berbeza dengan orang lain. Jika seseorang remaja memperolehi identity maka ia jadi individu yang jujur dan unggul yang wujud bukan di bawah bayang-bayang orang lain. Ia kan jadi individu yang bebas dan berkeyakinan. Krisis identiti pula bermaksud satu tempoh masa bergelut atau satu tempoh masa secara aktif remaja mempersoalkan diri dan hidupnya demi memperolehi satu keputusan kerjaya, kepercayaan dan nilai.

Perkembangan Kognitif dan Moral Remaja

Zaman remaja boleh dikatakan pemikiran mereka mualai berubah dengan cepat dan kadang-kadang susah bagi ibu bapa memahaminya. Boleh dikatakan masa ini remaja banyak menyelesaikan masalah melalui cara yang berbentuk logic dan bukan berdasarkan fakta sahaja. Ini selaras dengan pendapat Jean Piaget di mana kanak-kanak yang berumur 12 tahun ke atas pemikiran mereka lebih mirip ke arah olahan formal. Pemikiran atau kognisi mengalami banyak peubahan semasa zaman remaja. Bukan sahaja pemikiran remaja berubah dari segi daya penaakulan, tetapi juga pemikiran jadi abstrak serta wuud kognisi sosial.

Perkembangan Kognisi Remaja

Apabila remaja mula mentaakul secara abstrak, mereka sering menjadi amat bangga dengan kemahiran ini kerana berfikir bahawa mereka boleh menyelesaikan segala masalah. Sikap ini menjadikan remaja terlalu idealistic dan kurang menghargai batasan logic (Piaget 1967). Contohnya remaja hairan mengapa ibu bapa tidak sedar beberapa kesilapan yang mereka lakukan semasa membesarkan anak-anak.

Perkembangan pemikiran formal juga membawa kepada kekeliruan, iaitu antara pemikirang mereka sendiri dengan pemikiran orang lain. Kekeliruan pandangan merupakan satu bentuk egosentrisme yang menekankan masalah dan pemikiran abstrak. Remaja yang egosentrik ini akan mengandaikan yang orang lain akan terus memikirkan tentang prestasinya secara terperinci seperti apa dia sedang lakukan. Sebenarnya remaja tidak ada bukti tentang wujudnya situasi itu.

Perkembangan Moral

Semasa remaja, peraturan sosial mula dipersoalkan kerana remaja mula sedar tentang piawai moral yang bersifat subjektif yang dibina oleh individu-individu tertentu boleh berubah dan boleh ditentang. Peraturan sosial dilihat sebagai jangkaan sosial, sama ada daripada ibu bapa atau masyarakat yang tidak semestinya dipatuhi.

Pemikiran Remaja dalam Empat Bidang Kognitif Sosial

Domain

Pemikiran Praremaja

Pemikiran Remaja

Tanggapan terhadap orang lain

Umum, egosentrik, konkrit, tidak tersusun dan tidak menentu

Boleh dibezakan, objektif, abstrak dan tersusun

Pengambilan peranan

Berupaya meletakkan diri di tempat orang lain tetapi sukar memahami bagaimana pandangan seseorang boleh mempengaruhi orang lain

Boleh menjadi pihak ketiga dan dapat lihat gambaran yang lebih jelas

Penaklukan moral

Moral berdasarkan peraturan-peraturan konkrit yang dibuat oleh orang-orang berautoriti

Moral terbit daripada persetujuan antara individu-individu atau daripada prinsip-prinsip abstrak

* Dari jadual di atas, kita dapat lihat bagaimana pemikiran remaja jadi lebih abstrak, lebih hipotetikal dan relativistic.



Para remaja akhirnya sedar bahawa peraturan sosial itu perlu demi mengawal tingkah laku manusia. Ia mungkin bersifat sementara dan berubah, tetapi kita harus mematuhinya kerana kita semua diharapkan mematuhinya dan bertingkah laku dengan betul atau selaras dengan tuntutan masyarakat. Lama kelamaan remaja juga sedar bahawa peraturan sosial berperanan dalam menyelaraskan interaksi dengan orang lain.

Apabila remaja dapat mengatasi egosentrisme dalam perhubungan dengan orang lain, mereka menunjukkan kemajuan secara signifikan dalam penilaian moral, atau pemahaman tentang tindakan yang meningkatkan kebajikan manusia dalam pelbagai situasi. Akan tetapi pengetahuan ini tidak semestinya diterjemahkan kepada tingkah laku sebenar. Walaupun begitu, sekurang-kurangnya keadaan akan memperlihatkan ciri itu( Hoffman 1980)

Aspek lain dalam perkembangan moral ialah ‘rasa bersalah’ yang berubah daripada perasaan bersalah kanak-kanak dari segi cirri dan focus. Remaja akan berasa bersalah jikalau tidak melakukan sesuatu atau apabila melakukan sesuatu yang salah. Perubahan berlaku sama ada remaja menilai apa yang dipaparkan dari perbuatan salah atau memperlihatkan situasi dalam hidupnya sendiri. Contohnya tidak menjemput rakan ke rumah boleh melukakan hati rakan kerana kesannya serupa dengan apabila mengkritik rakan secara terbuka. Pandangan ini memerlukan pemikiran formal: iaitu mengenal pasti tentang sesuatu yang mungkin berlaku dan bukan sahaja tentang apa yang dilakukan sebenar.

Dari sini jelas bahawa remaja berupayaberfikir secara formal, iaitu kebolehan berfikir tentang idea. Pemikiran formal merupakan kebolehan berfikir tentang kemungkinan, penaakulan saintifk dan kebolehan kombinasi idea secara logic. Decara amnya dapat dikatakan pemikiran formal meningkatkan penyelesaian sistematik kepada banyak masalah kognitif.

Tugas Perkembangan Remaja

Asal usul tugas perembangan adalah bertitik tolak daripada perkembangan individu itu dari segi fizikal dan psikologi yang mewujudkan pelbagai desakan. Selain itu individu itu juga berhadapan dengan kehendak dan jangkaan masyarakat terhadapnya. Desakan dalaman dan luaran ini mewujudkan satu situasi yang berkehendakkan individu itu menguasai tugas oerkembangan jikalau remaja hendak berjaya dalam hidup.

Antara tugas perkembangan remaja adalah:-

  • Menguasai peranan jantina

    Remaja mesti belajar menerima peranan sosialnya sebagai lelaki atau perempuan mengikut garisan yang ditetapkan oleh masyarakat. Bagi remaja lelaki tugas ini mudah dicapai kecuali mereka yang tidak rol model lelaki dan mempunyai minat seperti kaum perempuan. Bagi remaja perempuan, ramai yang berhati-hati menerima peranannya untuk menjadi isteri dan ibu, terutama sekali mereka yang ingin melanjutkan pelajaran sebagai persediaan kerjaya. Mereka perlu menyesuaikan diri dengan rakan sebaya dan bekerjasama serta memahami pandangan orang lain dalam perbincangan.
  • Menerima dan mengguna dirinya dengan berkesan

    Remaja perlu bangga dengan dirinya, mengguna dan melindungi dirinya dengan berkesan dan memuaskan. Masyarakat banyak mengutamakan rupa fizikal dan pertumbuhan sebagai pengukur sama ada remaja itu cantik, lebih tinggi daripada rakannya atau adik beradiknya untuk mendapat pujian. Kerana masyarakat mengajar remaja menilai diri berasaskan rupa fizikal, maka adalah dijangkakan perkara ini menjadi punca kebanggaan, minat, keyakinan, keraguan, kegelisahan dan perasaan rendah diri di kalangan remaja. Menerima diri seadanya akan membawa kepada kebanggaan dan kepuasan diri.
  • Mencapai perhubungan baru dan matang dengan rakan sebaya

    Matlamatnya ialah, remaja belajar untuk menganggap perempuan sebagai wanita dan lelaki sebagai lelaki. Mereka mesti belajar sebagai orang dewasa apabila bersama orang dewasa dan belajar bekerjasama dengan orang lain dengan tidak mengambil kira perasaan sendiri.
  • Mencapai kebebasan emosi

    Remaja harus mencapai kebebasan emosi daripada ibu bapa tetapi membina kasih saying yang erat serta hormat terhadap mereka dan orang dewasa lain. Remaja yang gagal dalam tugas ini mempunyai tabiat bergantung kepada ibu bapa, tidak berupaya berfikir sendiri tentang perkara penting dan tidak tahu berinteraksi dalam persekitaran orang dewasa kerana masih lagi seperti kanak-kanak dari segi emosi.
  • Mencapai kebebasan ekonomi

    Tugas ini lebih kepada remaja lelaki berbanding perempuan walaupun pada masa ini ianya juga penting bagi remaja perempuan bagi menyara diri sendiri.
  • Memilih dan bersedia untuk bekerja

    Remaja perlu memilih kerjaya yang sesuai dengan kebolehan. Tugas ini anatara perkara penting dan dianggap sukar bagi remaja untuk membuat keputusan.
  • Bersedia untuk berumah tangga

    Bersedia menerima matlamat kehidupan untuk membina sikap positif terhadap hidup berkeluarga dan mempunyai zuriat, megetahui tentang pengurusan rumahtangga serta cara pemilihan kanak-kanak.
  • Membina kemahiran intelektual dan konsep untuk kecekapan sivik

    Tugas ini merujuk kepada pembinaan konsep peraturan dan undang-undang, kerajaan, ekonomi, geografi, manusia dan institusi sosial yang sesuai dalam kehidupan moden. Remaja perlu membina kemahiran berlkomunikasi dan kebolehan pentaakulan untuk menyelesaikan masalah dengan berkesan. Minat dan motivasi yang tinggi merupakan asas dalam meningkatkan kebolehan untuk belajar dan ianya berbeza bagi setiap individu. Remaja juga boleh melakukan kesilapan apabila dia tidak berkebolehan dan tidak mempunyai matlamat walaupun dia memiliki perwatakan yang baik.

Isu Psikologi Remaja

Kebanyakan remaja berjaya melepasi zamannya, tetapi ada juga sebilangan dari mereka mengalami pelbagai masalah psikologi dan tingkah laku yang menggugat bukan sahaja hidup remaja itu sendiri tetapi juga kehidupan orang-orang di sekelilingnya. Masalah-masalah yang berkaitan seperti penagihan dadah, masalah pemakanan, kemurungan dan masalah tingkah laku. Zaman remaja merupakan zaman serba boleh dan ingin mencuba segala sesuatu bagi remaja. Zaman inilah yang akan menentukan berjaya atau tidak seseorang remaja sekiranya jalan atau cubaan yang dilakukan tepat atau sebaliknya bagi menjamin kesejahteraan hidup mereka kelak.

Permasalahan ini perlu dilihat dengan cara perspektif yang betul dan juga terlebih dahulu perlu memahami prinsip-prinsip umum masalah psikososial remaja terlebih dahulu.

Achenbach dan Edelbrock (1987) mengatakan bahawa kebanyakan ahli psikologi klinikal dan juga ahli-ahli psikologi yang lain membahagikan dua jenis masalah yang dialami oleh remaja:-

  1. Kecelaruan dalaman

    Masalah-masalah remaja bersifat dalaman dan dimanifestasikan dalam bentuk gejala emosi dan kognitif seperti kemurungan atau dalam bentuk gangguan-gangguan psikosomatil.
  2. Kecelaruan luaran

    Masalah-masalah remaja bersifat luaran dan dimanifestasikan dalam bentuk masalah-masalah tingkah laku. Ianya seperti masalah tingkah laku delinkuen, penyalahgunaan dadah dan alcohol serta ponteng sekolah.

Pengaruh Rakan Sebaya

Peringkat remaja merupakan masa hubungan sosial bukan terhad yang bukan sahaja melibatkan ibu bapa tetapi juga rakan sebaya. Peringkat kanak-kanak, rakan sebaya mempunyai pengaruh yang terhad, tetapi zaman remaja rakan sebaya mempunyai peranan yang sangat penting dan perhubungan pada masa ini sangat kritikal. Minat mereka selalunya adalah lebih mirip kepada minat rakan daripada ibu bapa.

Remaja juga memperolehi kemahiran sosial yang hanya boleh didapati dan dilatih di kalangan rakan sebaya. Bagi remaja, rakan sebaya menjadi sumber maklumat utama tentang dirinya dan juga orang lain. Rakan sebaya menjadi asas untuk membuat perbandingan antara tindakannya, sikapnya, perasaannya dan orang lain.

Pada umumnya remaja lelaki dan perempuan yang popular dianggap sebagai suka kepada orang lain, bertoleransi, bersimpati dan suka membantu rakan-rakan dengan membuat mereka rasa diterima dan melibatkan diri dengan merancang dan memulakan aktiviti kumpulan yang menarik dan menyeronokkan. Remaja seperti ini bersikap ceria, bersemangat, baik hati, boleh berjenaka, mempunyai daya usaha, dorongan dan idea yang baik.

Remaja yang tidak disanjung dan disingkirkan oleh rakan-rakan mempunyai cirri-ciri yang bertentangan dengan mereka yang popular. Remaja ini merasa kurang yakin pada diri sendiri, penakut dan cuba menjauhkan diri dari rakan sebaya. Remaja yang bersikap agresif, sombong dan terlalu mendesak akan tidak disukai dan kemungkinan ditolak rakan sebaya.

Kumpulan sebaya dikatakan menyumbang terhadap perkembangan sosial remaja terutamanya dalam pencapaian identity mereka. Paling penting kumpulan remaja dapat memberi sokongan kepada ahli-ahlinya di samping keluarga mereka. Di sinilah remaja berpeluang mencuba berbagai peranan identity yang akhirnya akan menyumbang kepada personalitinya apabila dewasa kelak.

Pengaruh Ibu bapa

Pengaruh ibu bapa dalam tingkah laku dan cir-ciri personaliti remaja boleh dipengaruhi oleh cara didikan semenjak dari kecil lagi. Walaubagaimanapun seringkali timbul masalah antara ibu bapa dan remaja. Perbezaan pemahaman dan pengalaman merupakan masalah yang ketara dan ini dinamakan sebagai jurang generasi. Jurang generasi merupakan salah satu punca konflik antara remaja dan ibu bapa. Ianya adalah perbezaan yang terdapat dalam nilai, sikap dan tingkah laku antara generasi tua dengan generasi yang lebih muda iaitu remaja. Ibu bapa selalu memarahi anak remaja mereka yang dianggap tidak mematuhi kehendak dan peraturan mereka. Perhubungan antara remaja dan ibu bapa akan baik sekiranya mereka berjauhan seperti anak remaja melanjutkan pelajaran ataupun bekerja di tempat lain.

Perhubungan ibu bapa dan remaja yang positif akan membantu remaja menjalani kehidupan yang mencabar dan menyeronokkan. Ini disebabkan remaja akan mempunyai hubungan yang baik dengan ibu bapa mereka dan sering berkongsi masalah serta nilai-nilai yang baik antara satu dengan lain.

Hubungan antara tingkah laku dan personaliti remaja adalah dipengaruhi oleh cara didikan ibu bapa mereka. Baumrind (1968) telah mengenal pasti lima kategori gaya keibu bapaan seperti berikut:

Ibu bapa autoritarian
Cara didikan kategori ini adalah mengawal dan menilai tingkah laku remaja dengan menggunakan standard mutlak atau kawalan ketat. Tidak ada tolak ansur tetapi remaja kena patuh segala arahan mereka. Ibu bapa beranggapan bahawa mereka tahu apa yang baik dan buruk dan perlu patuh tanpa menyoal. Dari sini remaja akan berpegang teguh kepada nilai-nilai tradisional dan terus akur dengan kehendak ibu bapa walaupun ada di kalangan remaja yang marah dan menyimpannya di dalam hati mereka.

Individu yang dibesarkan dengan cara ini lebih cenderung untuk mematuhi perintah dan akur kepada pihak berkuasa, mempunyai pemikiran yang konkrit, idea yang konvensional dan menyimpan rasa marah yang terkawal.

Ibu bapa yang mengabaikan anak-anak
Ibu bapa yang mengabaikan anak-anak tidak begitu keras dari segi kawalan dan disiplin anak-anak serta tidak tekal dalam amalan mereka. Mereka tidak menerangkan kepada anak-anak mengapa tindakan tersebut dilakukan apabila menghukum atau mendenda dan biasanya ia lebih mengikut mood dan perasaan mereka. Remaja akan tidak dapat membendung rasa marah dan melepaskannya dalam bentuk tingkah laku anti-sosial.

Individu yang dibesarkan dengan cara ini akan bertindak melanggar undang-undang dan tidak mematuhi norma masyarakat. Kajian menunjukkan sebilangan besar remaja delinkuen telah dididik dalam keadaan terabai yang akan bertindak secara agresif dan tidak mempunyai kawalan diri seperti ibu bapa mereka.

Ibu bapa yang amat melindungi
Ibu bapa sukar melepaskan anak-anak mereka melakukan sesuatu dengan sendiri dan sedaya upaya akan menentukan apa yang perlu dilakukan oleh anak-anak dan bila patut buat. Mereka menggalakkan tingkah laku bergantung dan pasif serta mendisiplinkan mereka dengan cara tidak memberikan kasih saying sekiranya anak-anak tidak mengikut arahan mereka.

Individu yang dibesarkan dengan cara ini akan cenderung untuk menjadi bergantung, pasif, bersopan dan akur. Remaja juga akan menjadi penakut, malu dan kurang keyakinan diri serta sukar untuk memjadi pemimpin dan melakukan aktiviti bersama rakan sebaya.

Ibu bapa permisif
Ibu bapa membenarkan remaja menggunakan diri mereka sebagai sumber serta mengikut kehendak remaja tanpa mendesak mengikut keinginan mereka. Ibu bapa bukan sebagai orang yang bertanggungjawab dalam membentuk tingkah laku remaja. Remaja yang menerima didikan seperti ini mempunyai tingkah laku agresif dan tidak bertanggungjawab terutamanya remaja lelaki akan menunjukkan tingkah laku buli dan mementingkan diri sendiri.

Ibu bapa autoritatif
Ibu bapa mesra dengan anak-anak dan menerima mereka dengan baik serta dalam masa yang sama memberi kebebasan kepada anak-anak. Mengikut Baumrind (1971), ibu bapa autoritatif menggunakan budibicara mereka dalam mengawal dan mendisiplin anak-anak supaya dapat disesuaikan dengan keperluan mereka. Ibu bapa menerangkan sebab atas segala tindakan dan sentiasa menjelaskan tentang harapan dan permintaan mereka yang perlu difahami oleh kanak-kanak tetapi boleh bertolak ansur dalam hal demikian itu. Di samping itu ibu bapa juga sentiasa memberi pertimbangan kepada pendapat atau maklum balas daripada anak-anak.

Ibubapa autoritatif mahu anak-anak mereka hidup bahagia dan mengawal hidup mereka sendiri dan sebagai ibu bapa mereka membantu dari segi persediaan menjadi dewasa yang mempunyai kebebasan. Bersedia mendengar dan mendidik anak-anak dengan tegas supaya anak-anak mereka mempunyai kekuatan ego dan berdisiplin.

Didikan seperti ini akan menjadikan remaja cenderung menjadi egen sosial yang aktif dan mempunyai daya usaha, boleh berdikari, disiplin yang tinggi, bertanggungjawab, boleh berfikir untuk diri sendiri dan berpegang teguh kepada nilai dan prinsip hidup.

Selasa, 2008 Maret 18

tugas bimbingan konseling

Bimbingan Konsulen

Guru Pembimbing :

  1. Dra. Zulmadini Abidin
  2. Dra. Elisabeth Matulesy
  3. Dra. Mardiana Ilam
  4. Dra. Triyatun
  5. Takdir Firman Nirwana, S.Psi

Ruang ini dapat Anda gunakan untuk berkonsultasi dengan Guru BK Click Form

PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.

TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING

  1. Fungsi Pemahaman
  2. Fungsi Pencegahan
  3. Fungsi Pengentasan
  4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
  5. Fungsi Advokasi

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (1) non diskriminasi, (2) individu dinamis dan unik (3) tahap & aspek perkembangan individu, (4) perbedaan individual.
  2. Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu; (1) kondisi mental individu terhadap lingkungan sosialnya, (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
  3. Prinsip berkenaan dengan program layanan; (1) bagian integral pendidikan, (2) fleksibel & adaptif (3) berkelanjutan (4) penilaian teratur & terarah
  4. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (1) pengembangan individu agar mandiri (2) keputusan sukarela (3) ditangani oleh profesional & kompeten, (4) kerjasama antar pihak terkait, (5) pemanfaatan maksimal dari hasil penilaian/pengukuran

ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. Asas Kerahasiaan
  2. Asas Kesukarelaan
  3. Asas Keterbukaan
  4. Asas Kegiatan
  5. Asas Kekinian
  6. Asas Kedinamisan
  7. Asas Keterpaduan
  8. Asas Kenormatifan
  9. Asas Keahlian
  10. Asas Kemandirian
  11. Asas Alih Tangan Kasus
  12. Asas Tutwuri Handayani

PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. BK merupakan pelayanan psiko-paedagogis dalam bingkai budaya Indonesia dan religius.
  2. Arah BK mengembangkan kompetensi siswa untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
  3. Membantu siswa agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambat perkembangannya.

VISI BIMBINGAN DAN KONSELING
Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.

MISI BIMBINGAN DAN KONSELING
Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam:

  1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME;
  2. Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan;
  3. Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual;
  4. Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ; dan
  5. Pengaktualisasian diri secara optimal.

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMA

  1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME;
  2. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, serta peranannya sebagai pria atau wanita;
  3. Mencapai kematangan pertumbuhan Jasmani Sehat;
  4. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas;
  5. Mencapai kematangan dalam pilihan karir;
  6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional, sosial, intelektual, dan ekonomi;
  7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara;
  8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni;
  9. Mencapai kematangan dalam etika sistem dan nilai.

PROFIL KOMPETENSI LULUSAN SMA

ASPEK AFEKTIF
Siswa memiliki :

  1. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing.
  2. Memiliki nilai-nilai etika dan estetika.
  3. Memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi dan humaniora.

ASPEK KOGNITIF
Menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

ASPEK PSIKOMOTOR

  1. Memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global.
  2. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MELALUI BIMBINGAN KONSELING

  1. Perhatikan masing-masing butir tugas-tugas perkembangan siswa SLTA dan profil lulusan SLTA
  2. Kembangkan butir tersebut kedalam bidang-bidang Bimbingan Konseling (Pribadi, Sosial, Belajar, Karir)
  3. Rumuskan setiap pengembangan butir ke dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang diharapkan
  4. Tentukan materi yang akan diberikan untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan
  5. Pilihlah kegiatan layanan, kegiatan pendukung dan penilaian yang relevan dengan kompetensi.

1. BIMBINGAN PRIBADI SISWA SLTA

  1. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif.
  3. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta dalam penyaluran dan pengembangannya.
  4. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
  5. Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan.
  6. Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
  7. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

2. BIMBINGAN SOSIAL SISWA SLTA

  1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif.
  2. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif, dan produktif.
  3. Pemantapan kemampuan bersikap dalam berhubungan sosial, baik di rumah, sekolah, tempat bekerja maupun dalam masyarakat.
  4. Pemantapan kemampuan pengembangan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya baik di lingkungan sekolah yang sama maupun di luar sekolah.
  5. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaanya secara dinamis serta bertanggung jawab.
  6. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

3. BIMBINGAN BELAJAR SISWA SLTA

  1. Pemantapan sikap dan kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif, efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi.
  2. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.
  3. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah lanjutan tingkat atas sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
  4. Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas.
  5. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi.

4. BIMBINGAN KARIR SISWA SMA

  1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan
  2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan
  3. Pemantapan pengembangan diri berdasarkan IQ, EQ dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya
  4. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kepentingan hidup
  5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan

PENGENALAN DIRI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGEMBANGAN DIRI DAN KARIR

  1. Siswa mengenal dan memahami siapa dirinya.
  2. Siswa mengenal dan memahami lingkungannya, meliputi lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, sosial, budaya dan masyarakat.
  3. Pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan itu dikerahkan untuk pengembangan diri siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk pegembangan arah karir yang hendak diraihnya dimasa yang akan datang.

LAYANAN ORIENTASI
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang baru dimasuki, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu

LAYANAN INFORMASI
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.

LAYANAN PEMBELAJARAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (di dalam kelas, kelompok belajar, program studi, program latihan, magang, ko/ekstra kurikuler, dll) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.

LAYANAN KONSELING PERORANGAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya.

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Layanan BK yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa, dan untuk pengembilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.

LAYANAN KONSELING KELOMPOK
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. APLIKASI INSTRUMENTASI BK (TES/ NON-TES)
  2. HIMPUNAN DATA (PRIBADI SISWA, PRESTASI, OBSERVASI, ABSENSI, CATATAN KEJADIAN)
  3. KONFERENSI KASUS
  4. KUNJUNGAN RUMAH
  5. ALIH TANGAN KASUS

APLIKASI INSTRUMENTASI
Kegiatan pendukung BK untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.

HIMPUNAN DATA
Kegiatan pendukung BK untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.

KONFERENSI KASUS
Kegiatan pendukung BK untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai fihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.

KUNJUNGAN RUMAH
Kegiatan pendukung BK untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

ALIH TANGAN KASUS
Kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut

KETENAGAAN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM BK
Guru BK:
Konselor, adalah guru yang berlatar-belakang pendidikan BK yang melakukan: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/ penilaian, analisis, dan tindak lanjut program dan kegiatan layanan BK.
Guru Pembimbing, adalah Konselor dan Guru yang ditugaskan dalam penyelenggaraan bimbingan.
Guru Mata Pelajaran, adalah mitra kerja Guru BK dalam pelaksanaan program BK.
Wali Kelas, adalah mitra kerja dalam pelayanan BK. Kepala Sekolah, adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah, termasuk kegiatan BK.

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Didasarkan KEBUTUHAN NYATA siswa LENGKAP dan MENYELURUH (memuat segenap fungsi BK) SISTEMATIS (disusun menurut urutan logis, singkron, dan tidak tumpang tindih). TERBUKA dan LUWES (mudah menerima masukan tanpa harus merombah program secara menyeluruh) Memungkinkan KERJASAMA dengan pihak terkait lDimungkinkan PENILAIAN dan TINDAK LANJUT.

PERMASALAHAN
Penyusunan Program BK, tidak didasarkan pada kebutuhan nyata siswa. Pelaksanaan Program BK

  1. Tidak adanya jam masuk kelas
  2. Kurangnya sarana dan prasarana
  3. Masih adanya tugas-tugas yang mestinya bukan tanggung jawab guru BK.
  4. Belum adanya kepercayaan terhadap guru BK
  5. Penilaian BK, masih bervariasinya sistem penilaian dalam BK.

CONTOH PENGEMBANGAN SILABUS
Tugas perkembangan I
Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
Bidang Bimbingan Pribadi
Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Rumusan Kompetensi :
Memahamin secara lebih luas dan mendalam kaidah-kaidah ajaran agama yang dianutnya.
Materi Pengembangan Kompetensi
Macam-macam kaidah ajaran agama.
Kelas : X – XII
Kegiatan Layanan : Orientasi dan Informasi
Kegiatan Pendukung : Aplikasi Instrumentasi, Himpunan Data
Penilaian : Laijapen, Laijapan
Keterangan : Bekerjasama dengan Guru Agama

Selasa, 2008 Maret 11

tugas bimbingan konseling

Remaja dan Tugas Perkembangan Masa remaja merupakan masa "belajar" untuk tumbuh dan berkembang dari anak menjadi dewasa. Masa belajar ini disertai dengan tugas-tugas, yang dalam istilah psikologi dikenal dengan istilah tugas perkembangan. Sama halnya dengan di sekolah, tugas perkembangan ini juga harus diselesaikan oleh seorang remaja dengan baik dan tepat waktu untuk dapat naik ke kelas berikutnya. Istilah tugas perkembangan digunakan untuk menggambarkan harapan masyarakat terhadap suatu individu untuk melaksanakan tugas tertentu pada masa usia tertentu sehingga individu itu dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.


Setiap fase perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan berkomunikasi secara sederhana dengan orang-orang di sekelilingnya.


Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja tidak sedikit.


Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan seorang remaja adalah sebagai berikut :


1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Walaupun kedengarannya sederhana dan mudah diucapkan, menerima keadaan fisik diri sendiri sering kali menjadi masalah yang cukup besar bagi remaja. Banyak di antara kita yang sulit menerima kenyataan bahwa kita berkulit gelap atau tidak setinggi dan selangsing teman sebaya. Perasaan tidak puas ini kemudian membuat kita selalu dilanda perasaan minder, sehingga malas bergaul apalagi pergi ke pesta. Perasaan ini menutupi kenyataan, misalnya bahwa kita sebetulnya punya sepasang mata yang indah. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya fokuskan perhatian ke kelebihan kita dan jadikan itu sebagai daya tarik. Selain itu, hilangkan dari pikiran apa yang selama ini selalu ditanamkan oleh lingkungan kita, bahwa cewek harus cantik, putih, tinggi, dan langsing untuk dapat disebut sebagai cewek sejati, sedangkan cowok harus berbadan kekar, berbulu, dan bersuara dalam untuk bisa dikatakan jantan. Karena, kalau kita memang enggak punya gen untuk dapat berpenampilan seperti itu, kita cuma jadi gelisah dan enggak puas diri selamanya, sehingga lupa bahwa kita punya banyak potensi diri.


2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Usaha untuk mencapai kemandirian emosional bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini sering kali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama apabila orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung untuk mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Sebetulnya, curhat dengan teman sebaya tidak ada salahnya, selama teman sebaya itu bisa membantu mendapatkan solusi yang baik. Namun, sering kali karena yang dihadapi adalah remaja seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Karena itu, kita perlu selalu ingat bahwa untuk melepaskan diri secara emosional dari orangtua pun, bisa dilakukan dengan meminta dukungan orangtua ataupun orang dewasa yang ada di sekitar kita. Tentunya bukan dengan cara meminta mereka untuk memecahkan masalah kita, tapi lebih kepada memahami keinginan kita untuk dipahami sebagai individu yang beranjak dewasa dan tidak ingin terlalu tergantung lagi kepada mereka.